Translate

Kamis, 22 Oktober 2015

Sahabat Sejati




Hari ini, matahari bersinar begitu cerahnya. Murid-murid SD Suka Cita jajan dan mengobrol bersama. Tapi, hanya ada satu anak yang diam. Anak itu tampak murung dan sedih. Anak itu bernama Lia. Akhir-akhir ini, Lia jarang kelihatan bersama teman-temannya. Ia lebih sering sendiri. Terkadang, Lia juga kelihatan menangis. Ia juga suka mengacuhkan teman-teman yang berbicara kepadanya. Tak disadari, ada sahabat Lia yang suka memerhatikan Lia namanya Alma.
Suatu hari, Alma melihat Lia menangis. Alma langsung menghampiri Lia. “Lia, mengapa kamu menangis?” tanya Alma. “Enggak, enggak kenapa-kenapa. Aku menyesal, kenapa ya aku dulu harus benci sama Indra sedangkan Indra itu selalu baik sama aku. Dia tidak pernah menghinaku dan mengejekku sama sekali. Aku ingin minta maaf sama Indra tapi, aku takut Indra jadi benci dan marah sama aku.” Ucap Lia. “Kenapa dulu kamu benci sama Indra?” tanya Alma. “Dulu, Nia bilang sama aku kalau Indra itu jahat, tidak tahu diri, pemfitnah, dan sebagainya yang jelek-jelek. Tapi, akhir-akhir ini setelah aku tidak bersahabat dengan Nia. Aku menelusuri hal-hal yang dikatakan Nia dan ternyata, semuanya itu bohong. Hal itu ia lakukan karena Nia tidak suka aku bersahabat dengan Indra.” jawab Lia.
“Ya sudah, Lia. Kita ke kantin dulu, ya.” Ajak Alma. “Ayo.” Jawab Lia. Mereka pun pergi ke kantin.
Di kantin, Alma dan aku mengantri untuk memesan makanan dan minuman.
“Ibu, saya pesan teh manis hangat dan mie ayam jamur ya, Bu. Ini uangnya.” Ucap Alma kepada ibu kantin sambil memberikan sejumlah uang. Ibu kantin memberikannya kepada Alma.
“Ibu, saya pesan es teh lemon dan nasi goreng sosis.” Ucap Lia kepada ibu kantin sambil memberikan sejumlah uang. Ibu kantin memberikannya kepada Lia. Sesudah itu, Lia dan Alma mencari bangku yang kosong.
Lia memulai pembicaraan. “Alma, kamu mau tidak tolongin aku. Nanti tolong bilangin ke Indra bahwa aku minta maaf yang sebesar-besarnya ke Indra karena, dulu aku pernah benci sama Indra.” pinta Lia. Alma berfikir. “Oh, ok.” Ucap Alma. “Makasih ya, Alma. Kamu memang sahabat terbaikku.” Ucap Lia. “Iya, sama-sama.” Ucap Alma.
Sesudah berdoa, murid-murid pulang kecuali, petugas piket. Hari ini yang berpiket adalah Alma, Indra, Tia, dan Rio. Tapi, Tia dan Rio tidak masuk. Jadi, Alma dan Indra yang piket. Sesudah piket, mereka sekedar bercanda dan mengobrol. “Indra, kamu tahu tidak, Lia tuh tadi menangis karena, ia ingin minta maaf sama kamu. Karena, dulu dia pernah benci sama kamu.” Kata Alma. “Kenapa dulu dia benci sama aku?” tanya Indra penasaran. “Lia tadi bilang bahwa karena saat dulu Lia bersahabat dengan Nia. Nia bilang bahwa kamu itu jahat dan Nia suka berbicara kejelekan kamu di depan Lia yang membuat Lia benci sama kamu. Tapi, setelah mereka tidak bersahabat lagi. Lia menelusuri hal-hal yang dikatakan Nia dan semuanya itu adalah bohong. Itu Nia lakukan karena Nia tidak suka kamu dan Lia bersahabat.” Ucap Alma. Indra kaget bukan main terhadap perkataan Alma. “Oh. Makasih, ya.” Ucap Indra.
Besoknya, Indra menghampiri Lia di kantin saat istirahat. “Lia!” panggil Indra. Lia menengok ke belakang. “Ada apa, Indra?” tanya Lia. “Aku mau bicara sama kamu.” Kata Indra. “Oh, ya sudah. Bicara tentang apa?” tanya Lia. “Kemarin, aku tahu katanya kamu Nia tidak suka kita bersahabat. Darimana kamu tahu Nia tidak suka kita bersahabat?” tanya Indra. “Darimana kamu tahu bahwa aku berbicara hal itu?” tanya Lia. “Alma yang memberitahuku. Lalu, darimana kamu tahu Nia tidak suka kita bersahabat? ” tanya Indra lagi. “Aku tahu Nia tidak suka kita  bersahabat karena 3 hal, yaitu: pertama, Nia pernah menghancurkan persahabatan kita. Kedua, saat aku bersahabat sama Nia. Nia juga bersahabat sama kamu. Nia sering berbicara tentang kejelekan kamu di depan aku dan berbicara tentang kejelekan aku di depan kamu. Bahkan, Nia pun sering berbohong ataupun memfitnah kamu. Ketiga, seminggu yang lalu, Nia menangis saat melihat kita berteman. Dia iri sama aku karena dia ingin punya banyak sahabat seperti aku. Tapi, perbuatan dan tingkah laku Nia yang membuatnya, ia tidak disukai banyak orang.” Jawab Lia.
“Oh, begitu.” Kata Indra. Tampaknya, Indra sudah mengerti yang diucapkan Lia. Indra meninggalkan Lia. “Indra!” panggil Lia. Indra menengok ke Lia. “Ada apa?” tanya Indra. “Aku pesan kalau kamu berbicara tentang hal ini kepada Nia. Aku yakin Nia tidak akan mengakui kesalahannya itu. Jadi, kumohon jangan percaya terhadap kata-kata Nia ketika, kamu berbicara tentang hal ini kepadanya.” Ucap Lia. Indra pun meninggalkan Lia dan langsung pergi untuk menghampiri Nia.
“Nia, sekarang aku tahu kamu itu tidak suka aku bersahabat dengan Lia. Kenapa sih kamu seperti itu?” tanya Indra dengan marah. Nia kaget dan bingung karena, Indra sudah mengetahui perilaku jahatnya itu. Akhirnya, ia memfitnah Lia dengan berkata “Enggak, aku tidak seperti itu. Aku tahu itu perkataan Lia. Lia itu iri sama aku, karena dia itu lebih bodoh dan miskin dari aku. Jadinya, ia memfitnah aku seperti itu.” Ia sangat kelihatan panik. Indra pun mulai mengerti. Indra menghampiri Lia.
“Lia, mulai hari ini kita tidak berteman lagi.” Ucap Indra. Lia kaget bukan main. “Kamu kenapa kok jadi seperti itu?” tanya Lia. Indra tidak menjawab dan pergi meninggalkan Lia dengan wajah yang merengut. Wajah Lia menjadi muram dan ia menangis. Di balik dinding, Nia melihat kejadian itu dan tersenyum. “Rasain kamu, Lia. Aku akan berteman dengan Indra untuk selamanya tanpa, harus ada kamu.” Ucap Nia dalam hati. Indra lewat di depan Nia. “Indra, kamu kesal ya, dengan Lia. Aduh, yang sabar, ya. Aku juga suka dijahatin kok sama Lia.” Rayu Nia. “Iya, makasih, ya.” Ucap Indra dengan senyumnya yang khas itu. Mereka pun jalan bersama ke kelas.
Sementara itu, Alma melihat Lia menangis di bangku kantin. Lia pun tidak sadar bahwa, Alma sudah duduk di sampingnya. Alma memegang bahu Lia dan mengusap punggung Lia. Alma bertanya “Lia, kamu kenapa?”. Lia menggeleng-gelengkan kepala, karena ia tidak mau Alma mengetahui permasalahan yang baru saja terjadi. “Kamu kenapa? Sudah bilang saja sama aku. Aku tidak akan membongkar rahasia kamu, kok.” Ucap Alma. Lia menjelaskannya. “Lia yang sabar, ya. Kamu tahu kan, Indra itu anak baru di sekolah ini. Dia belum tahu Nia itu seperti apa. Entar juga Indra akan tahu Nia itu seperti apa. Entar kalau Indra sudah tahu Nia itu seperti apa, Indra akan berteman lagi kok, dengan kamu. Yang namanya kejahatan itu walaupun ditutupi juga dengan apapun, nanti juga akan ketahuan sama seperti kebaikan walaupun ditutupi dengan kejahatan orang lain, nanti juga akan ketahuan. Aku tahu kok, kamu itu orang yang sabar. Bahkan, aku kagum sama kamu. Kamu itu sosok orang yang sangat sabar bagiku.” Nasihat Alma. Tangis Lia pun mulai reda. “Darimana kamu bisa mengatakan bahwa aku adalah orang yang sangat sabar?” tanya Lia dengan penasaran. “Hal yang bisa membuat aku berbicara kamu orang yang sangat sabar adalah pertama kamu tidak pernah marah ketika kamu diejek ataupun dihina. Lalu, kedua kamu mau memaafkan kesalahan Nia yaitu, menghancurkan persahabatanmu dengan Indra sedangkan ketika kamu dulu bersahabat dengan Indra, kamu sangat akrab sekali dengannya. Bahkan, bisa dibilang seperti anak kembar. Sedangkan, aku belum tentu bisa seperti kamu.” Jawab Alma.
Lia teringat dulu ketika Lia dan Indra bersahabat. Mereka selalu bersama. Ke kantin pun mereka selalu bersama. Bahkan, mereka pun sering duduk sebangku. Perasaan Lia semakin sedih tapi, Lia berusaha untuk menghilangkan lamunannya itu. “Tidak, menurutku itu hal bodoh. Mengapa aku harus memaafkan kesalahan musuhku sendiri sedangkan kesalahan itu sangat fatal. Aku sangat menyesal sudah melakukan hal itu.” Ucap Lia dengan menyesal. “Kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Kebanyakan orang kalau sudah meminta maaf karena kesalahannya, ia tidak akan mengulangi kesalahannya itu kecuali, Nia saja yang seperti itu.” Ucap Alma
“Alma, sekarang aku sudah tahu sahabat itu seperti apa. Bagiku, seumur hidupku sahabat terbaikku adalah kamu karena, kamu selalu peduli sama aku ketika, aku senang maupun sedih. Maafin aku, ya, kalau aku sering menyusahkan kamu.” Ucap Lia sambil mengulurkan tangannya. “Tidak usah minta maaf kepadaku memang sudah seharusnya aku seperti itu kepadamu.” Ucap Alma. Mereka pun pergi ke kelas bersama.
Mulai dari saat itu, persahabatan Alma dan Lia semakin dekat dan akrab bahkan, merekanya tidak bisa dipisahkan. Indra pun bersahabat dengan Nia. Lia suka memberitahu rahasia dan keluh kesahnya kepada Alma. Alma juga suka memberitahu rahasia dan keluh kesahnya kepada Lia. Mereka saling menjaga rahasia satu sama lain. Begitupun Nia dan Indra, mereka suka curhat dan memberitahu rahasia satu sama lain. Indra bisa menjaga rahasia Nia tetapi, di balik itu semua Nia suka membongkar rahasia Indra kepada teman-temannya.
Lama-kelamaan, hal ini diketahui oleh Indra dan Indra pun mulai kesal kepada Nia. Indra pun memberanikan diri untuk berbicara kepada Nia. “Nia, aku baru tahu sebenarnya yang jahat itu kamu, bukan Lia. Kenapa sih kamu seperti itu? Mulai hari ini, aku tidak mau lagi berteman dengan kamu.” Marah Indra. “Tapi…”ucap Nia dengan bingung dan takut. “Tidak ada kata tapi-tapi dalam hidupku. Mulai hari ini kita tidak berteman lagi.” Ucap Indra dengan ketus. Indra meninggalkan Nia dan berbicara kepada Lia yang sedang berada di kantin bersama Alma. “Lia, maafin aku.” Ucap Indra. “Maafin apa?” tanya Lia. “Maafin aku dulu, karena aku pernah benci sama kamu dan pernah bilang bahwa aku tidak mau berteman lagi dengan kamu. Ternyata, itu salah. Sebenarnya, kata-kata itu seharusnya buat Nia.” Ucap Indra. “Oh, iya. Aku maafin. Maafin aku juga ya, karena aku juga pernah benci kok sama kamu.” Ucap Lia. “Ah, tidak kenapa-kenapa kok. Itu salah Nia bukan salah kamu.” Ucap Indra. “Berarti kita sahabatan lagi kan?” tanya Lia. “Iya, dong sama Alma juga pastinya.” Ucap Indra. Mereka pun senang dan tertawa bersama. Alma, Lia, dan Indra pun bersahabat untuk selamanya dan mereka pun menjadi sahabat sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar