Hari ini, matahari bersinar begitu
cerahnya. Murid-murid SD Suka Cita jajan dan mengobrol bersama. Tapi, hanya ada
satu anak yang diam. Anak itu tampak murung dan sedih. Anak itu bernama Lia.
Akhir-akhir ini, Lia jarang kelihatan bersama teman-temannya. Ia lebih sering
sendiri. Terkadang, Lia juga kelihatan menangis. Ia juga suka mengacuhkan
teman-teman yang berbicara kepadanya. Tak disadari, ada sahabat Lia yang suka
memerhatikan Lia namanya Alma.
Suatu hari, Alma melihat Lia menangis.
Alma langsung menghampiri Lia. “Lia, mengapa kamu menangis?” tanya Alma.
“Enggak, enggak kenapa-kenapa. Aku menyesal, kenapa ya aku dulu harus benci
sama Indra sedangkan Indra itu selalu baik sama aku. Dia tidak pernah menghinaku
dan mengejekku sama sekali. Aku ingin minta maaf sama Indra tapi, aku takut
Indra jadi benci dan marah sama aku.” Ucap Lia. “Kenapa dulu kamu benci sama
Indra?” tanya Alma. “Dulu, Nia bilang sama aku kalau Indra itu jahat, tidak
tahu diri, pemfitnah, dan sebagainya yang jelek-jelek. Tapi, akhir-akhir ini
setelah aku tidak bersahabat dengan Nia. Aku menelusuri hal-hal yang dikatakan
Nia dan ternyata, semuanya itu bohong. Hal itu ia lakukan karena Nia tidak suka
aku bersahabat dengan Indra.” jawab Lia.
“Ya sudah, Lia.
Kita ke kantin dulu, ya.” Ajak Alma. “Ayo.” Jawab Lia.
Mereka pun pergi ke kantin.
Di kantin, Alma dan aku mengantri untuk memesan makanan dan minuman.
“Ibu, saya
pesan teh manis hangat
dan mie ayam jamur ya, Bu. Ini
uangnya.” Ucap Alma kepada ibu kantin sambil memberikan sejumlah uang. Ibu
kantin memberikannya kepada Alma.
“Ibu, saya pesan es
teh lemon dan nasi goreng sosis.”
Ucap Lia kepada ibu kantin sambil memberikan sejumlah uang. Ibu kantin
memberikannya kepada Lia. Sesudah itu, Lia dan Alma mencari bangku yang kosong.
Lia memulai pembicaraan. “Alma,
kamu mau tidak tolongin aku. Nanti tolong bilangin ke Indra bahwa aku minta
maaf yang sebesar-besarnya ke Indra karena, dulu aku pernah benci sama Indra.”
pinta Lia. Alma berfikir. “Oh, ok.” Ucap Alma. “Makasih ya, Alma. Kamu memang
sahabat terbaikku.” Ucap Lia. “Iya, sama-sama.” Ucap Alma.
Sesudah berdoa, murid-murid pulang
kecuali, petugas piket. Hari ini yang berpiket adalah Alma, Indra, Tia, dan
Rio. Tapi, Tia dan Rio tidak masuk. Jadi, Alma dan Indra yang piket. Sesudah
piket, mereka sekedar bercanda dan mengobrol. “Indra, kamu tahu tidak, Lia tuh
tadi menangis karena, ia ingin minta maaf sama kamu. Karena, dulu dia pernah
benci sama kamu.” Kata Alma. “Kenapa dulu dia benci sama aku?” tanya Indra
penasaran. “Lia tadi bilang bahwa
karena saat dulu Lia bersahabat dengan Nia. Nia bilang bahwa kamu itu jahat dan
Nia suka berbicara kejelekan kamu di depan Lia yang membuat Lia benci sama
kamu. Tapi, setelah mereka tidak bersahabat lagi. Lia menelusuri hal-hal yang
dikatakan Nia dan semuanya itu adalah bohong. Itu Nia lakukan karena Nia tidak
suka kamu dan Lia bersahabat.” Ucap Alma. Indra kaget bukan main terhadap
perkataan Alma. “Oh. Makasih, ya.” Ucap Indra.
Besoknya, Indra menghampiri Lia di
kantin saat istirahat. “Lia!” panggil Indra. Lia menengok ke belakang. “Ada
apa, Indra?” tanya Lia. “Aku mau bicara sama kamu.” Kata Indra. “Oh, ya sudah.
Bicara tentang apa?” tanya Lia. “Kemarin, aku tahu katanya kamu Nia tidak suka
kita bersahabat. Darimana kamu tahu Nia tidak suka kita bersahabat?” tanya
Indra. “Darimana kamu tahu bahwa aku berbicara hal itu?” tanya Lia. “Alma yang
memberitahuku. Lalu, darimana kamu tahu Nia tidak suka kita bersahabat? ” tanya
Indra lagi. “Aku tahu Nia tidak suka kita
bersahabat karena 3 hal, yaitu: pertama, Nia pernah menghancurkan
persahabatan kita. Kedua, saat aku bersahabat sama Nia. Nia juga bersahabat sama
kamu. Nia sering berbicara tentang kejelekan kamu di depan aku dan berbicara
tentang kejelekan aku di depan kamu. Bahkan, Nia pun sering berbohong ataupun
memfitnah kamu. Ketiga, seminggu yang lalu, Nia menangis saat melihat kita
berteman. Dia iri sama aku karena dia ingin punya banyak sahabat seperti aku.
Tapi, perbuatan dan tingkah laku Nia yang membuatnya, ia tidak disukai banyak
orang.” Jawab Lia.
“Oh, begitu.” Kata Indra.
Tampaknya, Indra sudah mengerti yang diucapkan Lia. Indra meninggalkan Lia.
“Indra!” panggil Lia. Indra menengok ke Lia. “Ada apa?” tanya Indra. “Aku pesan
kalau kamu berbicara tentang hal ini kepada Nia. Aku yakin Nia tidak akan
mengakui kesalahannya itu. Jadi, kumohon jangan percaya terhadap kata-kata Nia
ketika, kamu berbicara tentang hal ini kepadanya.” Ucap Lia. Indra pun
meninggalkan Lia dan langsung pergi untuk menghampiri Nia.
“Nia, sekarang aku tahu kamu itu tidak
suka aku bersahabat dengan Lia. Kenapa sih kamu seperti itu?” tanya Indra
dengan marah. Nia kaget dan bingung karena, Indra sudah mengetahui perilaku
jahatnya itu. Akhirnya, ia memfitnah Lia dengan berkata “Enggak, aku tidak
seperti itu. Aku tahu itu perkataan Lia. Lia itu iri sama aku, karena dia itu
lebih bodoh dan miskin dari aku. Jadinya, ia memfitnah aku seperti itu.” Ia
sangat kelihatan panik. Indra pun mulai mengerti. Indra menghampiri Lia.
“Lia, mulai hari ini kita tidak
berteman lagi.” Ucap Indra. Lia kaget bukan main. “Kamu kenapa kok jadi seperti
itu?” tanya Lia. Indra tidak menjawab dan pergi meninggalkan Lia dengan wajah
yang merengut. Wajah Lia menjadi muram dan ia menangis. Di balik dinding, Nia
melihat kejadian itu dan tersenyum. “Rasain kamu, Lia. Aku akan berteman dengan
Indra untuk selamanya tanpa, harus ada kamu.” Ucap Nia dalam hati. Indra lewat
di depan Nia. “Indra, kamu kesal ya, dengan Lia. Aduh, yang sabar, ya. Aku juga
suka dijahatin kok sama Lia.” Rayu Nia. “Iya, makasih, ya.” Ucap Indra dengan
senyumnya yang khas itu. Mereka pun jalan bersama ke kelas.
Sementara itu, Alma melihat Lia menangis
di bangku kantin. Lia pun tidak sadar bahwa, Alma sudah duduk di sampingnya.
Alma memegang bahu Lia dan mengusap punggung Lia. Alma bertanya “Lia, kamu
kenapa?”. Lia menggeleng-gelengkan kepala, karena ia tidak mau Alma mengetahui
permasalahan yang baru saja terjadi. “Kamu kenapa? Sudah bilang saja sama aku.
Aku tidak akan membongkar rahasia kamu, kok.” Ucap Alma. Lia menjelaskannya.
“Lia yang sabar, ya. Kamu tahu kan, Indra itu anak baru di sekolah ini. Dia
belum tahu Nia itu seperti apa. Entar juga Indra akan tahu Nia itu seperti apa.
Entar kalau Indra sudah tahu Nia itu seperti apa, Indra akan berteman lagi kok,
dengan kamu. Yang namanya kejahatan itu walaupun ditutupi juga dengan apapun,
nanti juga akan ketahuan sama seperti kebaikan walaupun ditutupi dengan
kejahatan orang lain, nanti juga akan ketahuan. Aku tahu kok, kamu itu orang
yang sabar. Bahkan, aku kagum sama kamu. Kamu itu sosok orang yang sangat sabar
bagiku.” Nasihat Alma. Tangis Lia pun mulai reda. “Darimana kamu bisa
mengatakan bahwa aku adalah orang yang sangat sabar?” tanya Lia dengan
penasaran. “Hal yang bisa membuat aku berbicara kamu orang yang sangat sabar
adalah pertama kamu tidak pernah marah ketika kamu diejek ataupun dihina. Lalu,
kedua kamu mau memaafkan kesalahan Nia yaitu, menghancurkan persahabatanmu
dengan Indra sedangkan ketika kamu dulu bersahabat dengan Indra, kamu sangat
akrab sekali dengannya. Bahkan, bisa dibilang seperti anak kembar. Sedangkan,
aku belum tentu bisa seperti kamu.” Jawab Alma.
Lia teringat dulu ketika Lia dan
Indra bersahabat. Mereka selalu bersama. Ke kantin pun mereka selalu bersama.
Bahkan, mereka pun sering duduk sebangku. Perasaan Lia semakin sedih tapi, Lia
berusaha untuk menghilangkan lamunannya itu. “Tidak, menurutku itu hal bodoh.
Mengapa aku harus memaafkan kesalahan musuhku sendiri sedangkan kesalahan itu
sangat fatal. Aku sangat menyesal sudah melakukan hal itu.” Ucap Lia dengan menyesal.
“Kamu tidak boleh berbicara seperti itu. Kebanyakan orang kalau sudah meminta
maaf karena kesalahannya, ia tidak akan mengulangi kesalahannya itu kecuali,
Nia saja yang seperti itu.” Ucap Alma
“Alma, sekarang aku sudah tahu
sahabat itu seperti apa. Bagiku, seumur hidupku sahabat terbaikku adalah kamu
karena, kamu selalu peduli sama aku ketika, aku senang maupun sedih. Maafin
aku, ya, kalau aku sering menyusahkan kamu.” Ucap Lia sambil mengulurkan
tangannya. “Tidak usah minta maaf kepadaku memang sudah seharusnya aku seperti
itu kepadamu.” Ucap Alma. Mereka pun pergi ke kelas bersama.
Mulai dari saat itu, persahabatan
Alma dan Lia semakin dekat dan akrab bahkan, merekanya tidak bisa dipisahkan.
Indra pun bersahabat dengan Nia. Lia suka memberitahu rahasia dan keluh
kesahnya kepada Alma. Alma juga suka memberitahu rahasia dan keluh kesahnya
kepada Lia. Mereka saling menjaga rahasia satu sama lain. Begitupun Nia dan
Indra, mereka suka curhat dan memberitahu rahasia satu sama lain. Indra bisa
menjaga rahasia Nia tetapi, di balik itu semua Nia suka membongkar rahasia
Indra kepada teman-temannya.
Lama-kelamaan, hal ini diketahui
oleh Indra dan Indra pun mulai kesal kepada Nia. Indra pun memberanikan diri
untuk berbicara kepada Nia. “Nia, aku baru tahu sebenarnya yang jahat itu kamu,
bukan Lia. Kenapa sih kamu seperti itu? Mulai hari ini, aku tidak mau lagi
berteman dengan kamu.” Marah Indra. “Tapi…”ucap Nia dengan bingung dan takut.
“Tidak ada kata tapi-tapi dalam hidupku. Mulai hari ini kita tidak berteman
lagi.” Ucap Indra dengan ketus. Indra meninggalkan Nia dan berbicara kepada Lia
yang sedang berada di kantin bersama Alma. “Lia, maafin aku.” Ucap Indra.
“Maafin apa?” tanya Lia. “Maafin aku dulu, karena aku pernah benci sama kamu
dan pernah bilang bahwa aku tidak mau berteman lagi dengan kamu. Ternyata, itu
salah. Sebenarnya, kata-kata itu seharusnya buat Nia.” Ucap Indra. “Oh, iya.
Aku maafin. Maafin aku juga ya, karena aku juga pernah benci kok sama kamu.”
Ucap Lia. “Ah, tidak kenapa-kenapa kok. Itu salah Nia bukan salah kamu.” Ucap
Indra. “Berarti kita sahabatan lagi kan?” tanya Lia. “Iya, dong sama Alma juga
pastinya.” Ucap Indra. Mereka pun senang dan tertawa bersama. Alma, Lia, dan
Indra pun bersahabat untuk selamanya dan mereka pun menjadi sahabat sejati.